Waykanan – Diduga pengasuh di salah satu pondok pesantren (Ponpos) Kampung Tanjungagung Kecamatan Pakuanratu Kabupaten Waykanan, Lampung melecehkan para santriwatinya.
Dugaan pelecehan seksual itu diakui Melati (19- Bukan Nama Sebenarnya) dilakukan SDK (53), pengasuh pondok pesantren, di lingkungan ponpos setempat.
“Saya berhenti mondok disana sudah tiga bulan ini, karena ga kuat menahan perbuatan bejat Mbah Yai (Sebutan SDK Sebagai pengasuh Ponpes,RED), sudah tiga tahun ini saya dan kawan-kawan saya dilecehkan,” katanya, dirumah kediaman orang tuanya.
Melati mengaku sudah menjadi santriwati di ponpes tersebut selama tujuh tahun, namun perbuatan pengasuh ponpes yang melcehkannya baru sekitar tigas tahun, dari tahun 2000 sampai 2023.
“Mbah Yai melakukan itu (Pelecehan,RED) kadang dirumah kosong atau dapur. Mbah Yai memeluk saya dan menyuruh saya membuka baju, lalu tubuh saya diraba-rab, sampai di area sensitif, mbah, pipi saya juga diciumi, dan saya disuruh memegang alat kemaluan Mbah Yai,” ujarnya.
Menurutnya, SDK mewanti-wanti para korbannya untuk tidak lapor kepada orang tuanya. Kejadian itu juga menimpa rekannya sesama santriwati asal Kampung Purwoagung, Kecamatan Pakuanratu.
“Kami juga tidak diizinkan lebur, walau hari libur. Karena mbah Yai takut kami lapor orang tua, makanya kami juga diancam,” kata Melati, tanpa menyebut jenis ancamanya.
Ditempat yang sama, orang tua korban yang enggan disebut Namanya, mengaku enggan melaporkan kejadian yang menimpa anaknya it uke Polisi dengan alasan tidak memiliki uang.
“Biarlah pak, Kami tidak punya uang untuk lapor dan ribet. Kami orang kecil,” jelasnya.
Sementara, SDK (53), pengasuh Ponpes setempat di kediamanya, mengelak atas tuduhan tersebut. “Demi Allah, saya tidak zina,” kata dia, singkat.
Dari pantauan gema9.com pada Senin (25/03/2024) di Ponpes setempat, terlihat ruang kelas dijadikan lokasi untuk berpacaran. Namun sayang SDK saat ditanya masalah tersebut juga mengelaknya, bahkan terkesan membiarkan.